Label

my_life (2) my_world (4) postingan (3)

Rabu, 13 Juli 2011

Misteri dari "Deja Vu"

Hampir semua dari kita pernah mengalami apa yang dinamakan deja vu: sebuah perasaan aneh yang mengatakan bahwa peristiwa baru yang sedang kita rasakan sebenarnya pernah kita alami jauh sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang ditonton. 

Lebih anehnya lagi, kita juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan peristiwa baru itu.

Keanehan fenomena deja vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Bagaimana penjelasan ilmu psikologi sendiri?

Terkait dengan Umur dan Penyakit Degeneratif

Pada awalnya, beberapa ilmuwan beranggapan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.

Selain itu, sebelumnya Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan pula penderita deja vu kronis: orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal belum), dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati ‘penyakit’nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi, para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan kita.

Baru-baru ini, sebuah eksperimen pada tikus mungkin dapat memberi pencerahan baru mengenai asal-usul deja vu yang sebenarnya. Susumu Tonegawa, seorang neuroscientist MIT, membiakkan sejumlah tikus yang tidak memiliki dentate gyrus, sebuah bagian kecil dari hippocampus, yang berfungsi normal. Bagian ini sebelumnya diketahui terkait dengan ingatan episodik, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi kita. Ketika menjumpai sebuah situasi, dentate gyrus akan mencatat tanda-tanda visual, audio, bau, waktu, dan tanda-tanda lainnya dari panca indra untuk dicocokkan dengan ingatan episodik kita. Jika tidak ada yang cocok, situasi ini akan ‘didaftarkan’ sebagai pengalaman baru dan dicatat untuk pembandingan di masa depan.

Menurut Tonegawa, tikus normal mempunyai kemampuan yang sama seperti manusia dalam mencocokkan persamaan dan perbedaan antara beberapa situasi. Namun, seperti yang telah diduga, tikus-tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer: kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.

Menciptakan ‘Deja Vu’ dalam Laboratorium

Salah satu hal yang menyulitkan para peneliti dalam mengungkap misteri deja vu adalah kemunculan alamiahnya yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Seorang peneliti tidak dapat begitu saja meminta partisipan untuk datang dan ‘menyuruh’ mereka mengalami deja vu dalam kondisi lab yang steril. Deja vu pada umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana tidak mungkin bagi peneliti untuk terus-menerus menghubungkan partisipan dengan alat pemindai otak yang besar dan berat. Selain itu, jarangnya deja vu terjadi membuat mengikuti partisipan kemana-mana setiap saat bukanlah hal yang efisien dan efektif untuk dilakukan. Namun beberapa peneliti telah berhasil mensimulasikan keadaan yang mirip deja vu.

Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, deja vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.

LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis.


Kamis, 07 Juli 2011

Sekolah RSBI Akui Belum Penuhi Standar Kualitas

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO - Kebijakan Mendiknas menghentikan izin pendiriaan sekolah berstatus RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) mendapat respon positif dari kalangan pengelola sekolah RSBI di Purwokerto. Mereka bahkan mengakui, upaya mencapai kualitas pendidikan sebagaimana sekolah berstandar internasional, sangat sulit dicapai sekolah-sekolah yang kini sudah berstatus RSBI.

"Kita akui, selama lima tahun pelaksanaan RSBI, masih banyak hal yang belum bisa dicapai sebagaimana disyaratkan dalam pembentukan awalnya," kata Trijoko, seorang guru sekolah berstatus RSBI, SMA Negeri 1 Purwokerto, Selasa (15/3).

Pendapat serupa juga dikemukakan Ketua Komite Sekolah SMP Negeri 1 Purwokerto, yang juga merupakan salah satu SMP berstatus RSBI, Agus Nar Hadie. "Selama ini yang dikejar pihak sekolah hanya kelengkapan sarananya saja, dengan menarik dana sebesar-besarnya dari orang tua siswa. Sementara upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui kualitas mengajar gurunya, masih sangat kurang," katanya.

Agus yang baru terpilih sebagai Ketua Komite Sekolah SMP Negeri 1 Purwokerto awal Februari 2011 lalu, menyatakan, ketentuan untuk penyampaian materi mata pelajaran, para guru sekolahnya harus menggunakan bahasa Inggris, masih belum bisa terlaksana. "Jangankan menyampaikan materi pelajaran dalam bahasa Inggris, menguasai bahasa Inggris untuk percakapan saja mungkin grammer-nya masih belum betul. Kalau anak didik yang pintar bahasa Inggris mendengarkan, 'kan bisa kacau," tuturnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Trijoko, yang juga menjadi Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Banyumas. Dia menyebutkan, persyaratan bahwa 60 persen guru di sekolah RSBI harus bergelar S-2, masih sangat sulit dicapai sekolahnya. "Sulit bagi kita untuk memenuhi ketentuan itu," katanya. 

Disebutkan, banyak guru-guru di sekolah-sekolah yang kini berstatus RSBI, merupakan guru-guru lama yang usianya sudah tidak muda lagi. "Mereka ini, kalau dipaksa untuk sekolah S-2 tentu sulit," jelasnya.

Belum lagi untuk biaya pendidikannya. Trijoko menyebutkan, pemerintah pusat selama ini tidak pernah mengalokasikan dana khusus pada upaya peningkatkan derajat pendidikan guru-guru di sekolah RSBI. "Jadi kegagalan program RSBI dalam mencapai tujuan peningkatan kualitas pendidikan sekolah di Indonesia, tidak bisa diserahkan tanggung jawabnya hanya pada pihak sekolah. Selama ini, pemerintah juga cenderung tidak mendorong sekolah-sekolah yang berstandar RSBI untuk meningkatkan kualitas pendidikannya," tegasnya.

Dia mengakui, para guru saat ini memang sudah menikmati tunjangan sertifikasi sebesar satu kali gaji setiap bulan, yang seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas keilmuannya. Namun yang terjadi selama ini, banyak guru penerima sertifikasi memanfaatkan tunjangan tersebut untuk kegiatan konsumtif. 'Ini juga memang kita akui,'' katanya.
Untuk itu, Trijoko menyatakan, pada prinsipnya dia memang sejak awal tidak setuju dengan adanya program RSBI. Menurutnya, pembuatan program semacam ini justru telah menempatkan sekolah-sekolah di Tanah Air dalam sistem kasta. Sekolah berstatus RSBI mendapat kasta teratas, sementara sekolah lain yang tidak berstatus RSBI atau SBN (Sekolah Berstandar Nasional) mendapat kasta terbawah. ''Ini sangat tidak baik bagi sistem pendidikan kita,'' jelasnya.

Agus Nur Hadie menambahkan, kegagalan program RSBI di sekolah-sekolah tertentu, juga disebabkan oleh tidak adanya kebijakan dinas terkait yang mendukung keberhasilan program ini. "Contohnya di sekolah SMP Negeri 1 Purwokerto. Guru-guru yang mengajar adalah guru-guru yang juga sebelumnya sudah mengajar di sekolah itu saat sekolah itu belum berstatus RSBI. Padahal, kualitas mengajar dan kualitas akademik guru bersangkutan belum tentu sesuai dengan yang disyaratkan dalam program RSBI," jelasnya.

Sementara pihak Dinas Pendidikan Banyumas, selama ini belum pernah melakukan mutasi terhadap guru-guru di sekolah RSBI yang dinilai tidak memenuhi standar. "Kalau memang serius menjalankan program RSBI, mestinya guru yang akan mengajar di sekolah RSBI harus diseleksi. Kalau tidak memenuhi syarat, ya jangan mengajar di sekolah RSBI," tegasnya.

Menyinggung soal orientasi sekolah RSBI untuk mendapat dana sebesar-besarnya dari orang tua siswa, Agus mengakui hal itu, Selama ini, memang ada kecenderung sekolah RSBI berusaha mendapatkan dana sebesar-besarnya dari orang tua siswa untuk kelengkapan sarana pendidikan. "Bukan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya," tambah Agus. 

Minggu, 03 Juli 2011

Dampak Perceraian bagi Anak

sebelumnya aku mau numpang nyanyi dulu bntr
malam ini hujan turun lagi,
bersama kenangan yang mungkin luka di hati,
luka yang harusnya dapat terobati,
yang ku harap tiada pernah terjadi,

ku ingat saat ayah pergi dan kami mulai kelapran,
hal yang biasa buat aku hidup di jalanan,
di saat ku belum mengerti arti sebuah perceraian,
yang hancurkan semua hal indah yang dulu pernah aku miliki,

wajar bila saat ini ku iri pada kalian yang hidup bahagia berkat susana indah dalam rumah,
hal yang selalu aku berikan dengan hidup ku yang kelam,
tiada harga diri agar hidup ku terus bertahan,

mungkin sejenak dapat aku lupakan,
dengan minuman keras yang saat ini ku genggam,
atau menggoreskan kaca di lengan ku,
apapun kan ku lakukan ku ingin lupakan,

namun bila ku muliai sadar dari sisa mabuk semalam,
perihnya luka ini semakin dalam ku rasakan,
di saat ku telah mengerti betapa indah di cintai,
hal yang tak perah ku dapatkan sejak aku hidup di jalanan
*yepp, kalian pasti udh ngga asing sama lagu itu. itu lagu Last Child yg judulnya Diary Depresiku
lgsg aja yaaa...--->
Perceraian dalam sebuah pernikahan tidak bisa dilepaskan dari pengaruhnya terhadap anak. Banyak faktor yang terlebih dahulu diperhatikan sebelum menjelaskan tentang dampak perkembangan anak setelah terjadi suatu perceraian antara ayah dan ibu mereka.
Faktor tersebut bisa meliputi perubahan usia anak dan tahap perkembangan anak, konflik yang terjadi setelah perceraian, jenis kelamin anak dan gaya pengasuhan orangtua setelah bercerai. Kesemua hal itu dapat menggambarkan bagaimana dampak yang diberikan akibat perceraian terhadap perkembangan anak pada saat itu dan masa yang akan datang.
Perubahan Usia dan Perkembangan
Usia anak pada saat bercerai perlu dipertimbangkan. Tanggapan tanggapan anak kecil atas perceraian ditengahi oleh terbatasnya kompetensi kognitif dan sosial mereka, ketergantungan mereka terhadap orangtuanya.
Belum matangnya faktor kognitif dan sosial mereka akan lebih menguntungkan mereka ketika remaja. Pada saat remaja, mereka lebih sedikit ingat mengenai konflik dan perceraian yang terjadi pada saat mereka masih kecil. Tetapi tidak dipungkiri bahwa mereka juga kecewa dan marah atas perkembangan pertumbuhan mereka tanpa kehadiran keluarga yang utuh atau tidak pernah bercerai.
Anak yang sudah menginjak remaja dan mengalami perceraian orangtua lebih cenderung mengingat konflik dan stress yang mengitari perceraian itu sepuluh tahun kemudian, pada tahun masa dewasa awal mereka. Mereka juga Nampak kecewa dengan keadaan mereka yang tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh.
Mereka juga menjadi kawatir bila hidup mereka tidak akan lebih baik bila mereka tidak melakukan sesuatu lebih baik. Pada masa remaja mereka dapat masuk dan terperangkap masalah obat obatan dan kenakalan remaja dari pada remaja yang mengalami perceraian orangtua pada saat kecil dan remaja yang tumbuh dalam keluarga utuh.

Konflik
Banyak perpisahan dan perceraian merupakan urusan yang sangat emosiaonal yang menenggelamkan anak ke dalam konflik. Konflik ialah suatu aspek kritis keberfungsian keluarga yang seringkali lebih berat dari pada pengaruh struktur keluarga terhadap perkembangan anak.
Misalnya, keluarga yang bercerai dengan koflik relatif rendah lebih baik dari pada keluarga yang utuh tetapi dengan konflik relatif tinggi. Pada tahun setelah perceraian konflik tidak berkurang tetapi bisa akan terus bertambah. Pada saat ini, anak laki laki dari keluarga bercerai memperlihatkan lebih banyak masalah penyesuaian dari pada anak anak dari keluarga utuh yang orangtuanya ada.
Selama tahun pertama setelah perceraian, kualitas pengasuhan yang dilakukan orangtua seringkali buruk. Orangtua lebih sering sibuk dengan kebutuhan kebutuhan dan penyesuaian dari sendiri seperti mengalami depresi, kebingungan dan instabilitas emosional.
Selama tahun kedua setelah perceraian, orangtua lebih efektif dalam mnegerjakan tugas tugas pengasuhan anak, khususnya anak perempuan.
Jenis Kelamin Anak dan Hakekat Pengasuhan
Jenis kelamin anak dan orangtua pengasuh adalah pertimbangan yang penting dalam mengevaluasi pengaruh perceraian terhadap perkembangan anak. Anak yang tinggal dengan orangtua pengasuh dengan kesamaan jenis kelamin menunjukkan kondisi sosial yang lebih kompeten seperti lebih bahagia, lebih mandiri, dan lebih dewasa dari pada anak yang tinggal dengan orangtua pengasuh yang berbeda jenis kelamin.
Dalam sebuah kajian lain, ditemukan bahwa remaja dengan jenis kelamin baik laki laki dan perempuan yang tinggal dengan keluarga ibu akan lebih dapat melakukan penyesuaian dari pada tinggal bersama keluarga ayah.
Kesimpulan tentang anak anak dari keluarga bercerai. Singkatnya, sejumlah besar anak yang tumbuh dalam keluarga yang bercerai. Kebanyakan anak anak pada mulanya mengalami stress berat ketika orangtua mereka bercerai dan mereka beresiko mengembangakan masalah masalah perilaku. Tetapi perceraian dapat juga melepaskan anak anak dari konflik perkawinan. Banyak anak yang mengalami perceraian orangtua menjadi individu yang berkompeten.

aku nge post ini karena ini juga termasuk dlm slh satu bagian hidupku, ya mmg susah hidup begini. kalo udh biasa yaa fine fine aja, tp kalo tiba2 org tua kita mau nikah lagi? pasti kita akan mikir 10 kali lipat untuk ini, 
kita semua psti ngga mau kan pnya ortu tiri? tp di sisi lain kita jg pasti merskn apa yg d rskn ortu kita yg sendiri dan kesepian. dan itulah yg bikin kita berpikir keras walau sbnrnya itu mengiris jantung kita (lebbee)
yaa gitulah, dan ank yg seperti itu pasti berbeda dr yg lain. yapp, dia ingin selalu aktif dan dia ingin selalu mndpt perhatian dr yg brngktn. itu semua karna dia ingin mengobati rasa mindernya walau dilihat dia tdk terliht minder, dan dia juga ingin mndptkn ksh syg lebih dan perhatian lebih. anak ini biasanya sgt senang mndpt pujian. 
tp di sisi lain org seperti ini ada juga yg minder, krna dia malu, takut dengn ejekan temannya. dan anak yg seperti ini biasanya saat dirumah lebih suka menghabskan wktu dgn ortunya.

jd mmg berat jd anak yg bisa dibilang anak yg terpecah dan kena batunya akibat ulah ortunya sendiri. kadang aku berpikir "lebih baik aku ngga dilahirin drpda gini jdnya" 

well, cukup segini aja cerita dr aku yg bs aku bagi utk kalian, sankyu :))

Arti Persahabatan-by Khalil Gibran



aku, septi (yg diatas), putri (bawahnya), oceal, lindi

*editan

lindi, aku, oceal, septi, putri

lindi, putri, aku


dita, aku, sasi, dyta (paling depan), putri (yg ngintip), septi, lindi



Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.

Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa ingin kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Karena yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Karena cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!



Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..Karena
 dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan gairah segar kehidupan.


-Khalil Gibran-

Cakka @dahsyat (One Time Acoustic)